Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference 2016
International Islamic Fair (IIF) 2016
International Islamic Fair (IIF) 2016 adalah sebuah inisiatif untuk mengapresiasi tradisi dan budaya umat Islam dari seluruh dunia, sekaligus upaya mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, serta ajang untuk meningkatkan hubungan ekonomi, perdagangan dan pariwisata antar negara‐negara Islam. IIF 2016 merupakan kontribusi nyata Indonesia bagi perkembangan peradaban Islam dunia, serta membangun sebuah media pemersatu umat Islam global sebagai bukti bahwa Islam adalah sebuah rahmat bagi kehidupan.
International Islamic Fair 2016 akan berlangsung pada tanggal, 20 – 23 Oktober 2016 di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran Jakarta. Adapun program kegiatan IIF 2016 adalah :
- Islamic Culture Expo : menampilkan anjungan dan atraksi kesenian dari negara peserta
- Islamic Fashion : menghadirkan fashion show, seminar, talkshow, kompetisi, exhibition & bazaar, dan meet &greet
- Islamic Food & Beverage : antara lain dimeriahkan dengan kegiatan talkshow, competition, blind food tasting, kids cooking class, chef kids cooking class, chef cooking demo, dan battle chef
- Islamic Education & Book Fair : talkshow, seminar, bedah buku, kompetisi, pameran sains & teknologi, serta pameran buku
- Islamic Travel : pameran travel haji & umroh
Ini Alasan Sertifikasi Halal Bisa Dongkrak Pasar Halal Nasional
gomuslim.co.id – Pada ajang Indonesia International Halal Expo (INDHEX) 2016 yang berlangsung dalam kegiatan besar yakni International Islamic Fair (IIF) 2016 berlangsung sebuah talk show yang edukatif, dengan mengangkat tema “Halal Is My Life” ini menghadirkan pembicara-pembicara yakni Arie Parikesit dari komunitas kelana rasa, Hendro Soejadi, perwakilan Indonesia Chef Asosiation, serta Ir. Hj. Osmena Gunawan, Wakil Direktur LPPOM MUI.
Arie Parikesit selaku perwakilan dari komunitas kelana rasa mengatakan wisata halal di Indonesia sedang digarap dengan serius dan daya tariknya adalah kuliner halal. Seperti diketahui, di negara seperti Korea selatan dan jepang sangat serius menggarap pasar ini dengan menyediakan makanan bersertifikat halal serta hotel yang bersertifikat halal.
Tapi di Indonesia yang notabene mayoritas muslim sering melupakan sertifikasi halal, padahal jika wisatawan muslim yang berasal dari luar negeri berkunjung ke Indonesia, maka hal ini bisa menimbulkan keraguan dari para turis tersebut. Sementara negara-negara lain lebih memposisikan hal ini sebagai bisnis.
“Di Thailand sendiri, Phuket menjadi hub halal mereka, karena di phuket juga sangat dekat dengan turis dari eropa dan timur tengah, ” kata Arie.
Hal senada juga diungkpkan oleh Hendro Soejadi, perwakilan Indonesia Chef Asosiation. Hendro mengatakan dengan adanya sertifikat halal menjadikan para pembuat makanan semakin aware akan bahan makanan halal dalam mengolah suatu produk.
“Saya sudah lama sekali bekerja di dunia kuliner dan sekitar 15 tahun lalu orientasi makanan kita ditujukan untuk eropa. Maka banyak sekali makanan halal namun dengan campuran yang tidak halal. Dengan adanya event halal ini, kita harus menggerakan lagi kehalalan dari sebuah makanan di Indonesia,” ujar Hendro yang sudah 25 tahun bergelut di dunia Food and Beverage (F&B)
Sementara itu, Ir. Hj. Osmena Gunawan, Wakil Direktur LPPOM MUI mengatakan halal itu tidak ada 99 persen atau berapa persen. Namun dalam halal tersebut yang ada adalah yes or no. Hal ini menegaskan bahwa halal tidak bisa di toleransi.
“Ini adalah tantangan bagi para koki untuk menghadirkan berbagai macam produk olahan makanan yang halal tapi juga tidak ketinggalan dengan rasa dan penampakan dari makanan tersebut sehingga masyarakat yang mengkonsumsinya menjadi tentram bathinya,” ujar Osmena.
Lantas, bagaimana cara mensiasati produk makanan yang belum jelas halal ketika berpergian keluar negeri? Osmena menjelaskan, masyarakat Indonesia harus mencari tempat makan yang dipercaya.
“Saya sarankan, kalau ingin mengkonsumsi produk yang betul-betul halal, lebih baik ditanya dulu agar kita yakin. Karena halal merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban kita, jikalau mereka berbohong, itu merupakan urusan mereka dengan Allah Swt,” tutur Osmena.
Arie juga menambahkan, jika berpergian keluar Negeri, silahkan mencari restoran yang ada sertifikat halal, karena lebih terpercaya. Arie juga menururkan bahwa pelancong muslim bisa memanfaatkan smartphone untuk mencari produk atau restoran di wilayah tersebut.
Sementara untuk mengganti bahan yang tidak halal, Chef Hendro mengatakan bahwa untuk menghilangkan bau amis bisa menggunakan irisan jeruk nipis dan tidak perlu menggunakan arak lagi.
Sedangkan untuk memperlembut daging, pengguna bisa menggunakan bubuk pepaya dan minyak, sehingga tidak perlu lagi menggunakan arak untuk melembutkan daging.
Untuk mengurus sertifikat halal sendiri, Osmena mengungkapkan, sebaiknya para pelaku usaha berkoordinasi dengan LPPOM MUI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Osmena menjelaskan, pembuatan sertifikasi halal sangat mudah dan lebih mudah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya dibutuhkan kejujuran terkait dengan bahan-bahan yanag digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Kemudian diadakan sosialisasi agar tidak terjadi kesalahan dalam penyembelihan dan sebagainya. Pengguna bisa langsung mengetik sms berupa format halal (spasi) nama produk dan kirim ke 955555.
Sementara dari segi bisnis, para pelaku usaha juga meminta pihak LPPOM MUI untuk menghadirkan banyak sosialisasi dan manfaat bagi bisnis mereka sendiri. Pasalnya, jika berbicara dari segi bisnis, hanya ada dua pilihan yaitu untung atau rugi. (ari)